Rabu, 06 April 2011

Brownies Kukus Coklat




Siapa yang gak kenal brownies? kue yang padat coklat dengan tekstur lembut dan pastinya manis. Nah di postingan kali ini, MG bakal ngasih resep brownies kukus yang rasanay (kalo udah jadi) gak kalah dari brownies yang dijual di toko-toko loh. Resep ini sudah diuji di dapur salah satu anggota MG dan rasanya? Slllrrrp...nyam! ennnaaaakkk banget!

Brownies Kukus

Bahan:
170 gram Tepung terigu, di ayak (biar tidak menggumpal)
6 butir Telur
200 gram Gula pasir
1sdt Baking powder
50 gram Coklat bubuk
250 gram Dark Cooking Coklat, lelehkan
75 ml Minyak goreng
1 bks vanili
1 sdm pasta coklat/pasta mocca

Pelengkap :
Choco chip
Keju
Meises

Caranya:
1.       Ayak tepung terigu (biar gak menggumpal), campur dengan coklat bubuk.
2.       Panaskan kukusan.
3.       Tim dark cooking chocolate campur dengan minyak goreng.
4.       Campur telur gula dan vanili, kocok hingga mengembang. Masukan Baking powder kocok hingga adonan berwarna putih.
5.       Masukkan campuran tepung terigu dan coklat bubuk tadi. Aduk rata.
6.       Masukkan pasta coklat secukupnya. Aduk rata.
7.    Tuang adonan ke dalam loyang yang sudah dilapisi kartas roti dan diolesi mentega dan terigu.
8.    Taruh loyang yang berisi adonan ke dalam kukusan. Pastikan air dalam kukusan sudah mendidih.
9.    Jika sudah setengah matang taburkan keju/meises sesuai selera. 
10.   Kukus hingga  kurang lebih 25 menit. Tusuk dengan tusuk gigi untuk memastikan kue sudah matang.
11.  Hidangkan dan siap disantap.


Mudahkan? selamat mencoba! 

Sabtu, 19 Februari 2011

Muhammad Yahya Harlan: Siswa SMP Pembuat Situs ala Facebook, Saling Sapa

 


        Hebat! Seorang bocah pemalu berusia 13 tahun dan masih duduk di kelas 1 SMP Sekolah Alam Bandung yang bernama Muhammad Yahya Harlan memperkenalkan situs jejaring sosial SalingSapa bersama ayahnya.
       Putra dari Yan Harlan, lulusan Arsitektur ITB ini menjadi anak muda pertama dan termuda  yang membuat situs jejaring sosial khusus muslim di Indonesia. Sejak usia 2 tahun, Yahya memang menyukai komputer. Selain itu, ia juga suka akan robot.
       Salingsapa.com adalah situs yang dibuat atas dasar kewajiban Islam untuk bersilaturahmi. Banyak silaturahmi banyak rezeki, dan SalingSapa bertujuan untuk membantu mempermudah itu. Kelebihan SalingSapa adalah memiliki berbagai konten islami, seperti fitur Al-Quran (di fitur ini kita bisa dipandu agar membaca Al-Qur’annya baik dan benar), fitur khazanah (fitur ini berisi tentang dakwah islami), dan fitur radiosalingsapa (radio yang berisikan siaran islami).
       SalingSapa ini memang terlihat seperti facebook, karena memang situs ini dibangun untuk memberikan alternatif media social network kepada muslimin dan muslimat untuk menggunakan sarana pertemanan/jejaring sosial milik sendiri.
         SalingSapa.com yang dirilis pada 1 Muharram 1423 H  atau 7 Desember 2010 ini memang masih dalam tahap pengembangan (development) namun sudah diakses lebih dari 46 negara, seperti Amerika Serikat, Belanda, Norwegia dan Malaysia, dengan hit 2.300.000-an dan telah memiliki lebih dari 5.500 member.
         SalingSapa memiliki server sendiri di Jakarta sehingga bisa diakses dengan lebih cepat (untuk melihat/mengunggah foto atau naskah. Khusus video masih menumpang di Youtube) dan memiliki kontrol penuh dalam hal data member, serta konten yang di-upload. Konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam jelas akan bisa dihilangkan dengan mudah.
         Sekalipun baru berusia 6 tahun, di SalingSapa boleh mendaftar. Beda dengan Facebook yang membatasi usia pendaftar, dimana anak-anak yang ingin punya account di facebook ‘terpaksa’ harus berbohong mengenai usia ketika melakukan registrasi.
         SalingSapa.com ini akan terus dikembangkan sehingga bisa menjadi situs silaturrahmi yang menarik, dan para pengakses SalingSapa mendapat manfaat yang banyak dari sisi pencerahan spiritual, mengkaji ilmu agama, dan bertukar fikiran dengan para sahabat.
lihat videonya di TVone

Sumber: Kaskus (komikusunda), Salingsapa.com, TVone

Sabtu, 12 Februari 2011

Valentine's Day?Apaan sih?


“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pedengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.” (QS. Al-Isro :36) 
*** 
Hari Valentine (St. Valentine’s Day) atau biasa disebut sebagai hari kasih sayang jatuh pada tanggal 14 Februari. Hari tersebut, dulu, sangat populer di negara-negara Eropa dan Amerika. Namun, saat ini perayaan ini juga marak di negara-negara Asia. Pada hari itu, terutama kaum remaja merayakan dengan hura-hura. Mereka datang ke pesta-pesta, berdansa semalam suntuk, saling memberi hadiah coklat, dan kegiatan-kegiatan yang berbau maksiat lainnya.
Bagaimana dengan Indonesia? Tidak jauh berbeda dengan remaja-remaja di Eropa sana. Mereka yang notabenenya muslim dan muslimah, menjiplak habis perilaku permisif dan serba halal yang dilakukan oleh kaum barat. Hal ini, tentu saja sangat memprihatinkan karena kalau dilihat dari latar belakang sejarah perayaan Valentine bukan berasal dari Islam. Tunggu dulu!...jangan-jangan para pemuda-pemudi yang merayakannya pun tidak tahu asal-muasal Valentine dan hanya sekedar ikut-ikutan tanpa tahu apa itu Valentine? Ish…ish…ish…*upin-ipin mode on* ironi….

Asal-Muasal Valentine
Perayaan hari Valentine termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi Paganis (penyembah berhala), di mana penyembah berhala adalah agama mereka sejak 17 abad silam. Perayaan tersebut merupaka ungkapan kecintaan mereka terhadapa sesembahan dalam agama paganis Romawi. Sejarah tentang awal mula Valentine’s Day sendiri ada berbagai versi namun, ada dua versi yang paling terkenal yang akan dibahas di sini.

1. Sejarah Valentine I
Perayaan Valentine’s Day memiliki akar sejarah berupa kisah yang turun-temurun pada bangsa Romawi dan Kaum Nasrani pewaris mereka. Kisah yang paling mahsyur adalah tentang asal-muasal bangsa Romawi yang meyakini bahwa Romulus (pendiri kora Roma) disusui oleh seekor serigala betina sehingga member kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran kepada dirinya. Bangsa Romawi memeringati peristiwa ini pada pertengahan bulan Februari. Di antaranya adalah ritual menyembelih seekor anjing dan kambing betina, lalu dilumurkan darahnya kepada dua pemuda yang kuat fisiknya. Kemudian keduanya mencuci darah itu dengan susu. Setelah itu dimulailah pawai besar dengan kedua pemuda tadi di depan rombongan. Keduanya membawa dua potong kulit yang mereka gunakan untuk melumuri segala sesuatu yang mereka jumpai. Para wanita Romawi sengaja menghadap kepada lumuran itu dengan senang hati karena meyakini dengan itu mereka akan dikaruniai kesuburan dan melahirkan dengan mudah.

2. Sejara Valentine’s Day II
Kisah St. Valentine
Valentine adalah seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III, Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius II yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut. Caludius  berambisi memiliki pasukan militer yang besar, Ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamnya. Namun, para pria enggan terlibat dalam peperangan karena tidak mau meninggalkan keluarga atau kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah, dia segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.
Caludius berpikir bahwa jika pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat itu menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karenanya, St. Valentine menolak untuk melaksanakannya. Ia tetap melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendeta yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta secara diam-diam. Aksi ini akhirnya diketahui oleh pihak kerajaan. Kaisar yang mengetahuinya sangat marah dan memutuskan untuk menghukum pendeta itu seberat-beratnya. Ia dijebloskan ke penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya. Bukannya dihina oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya itu. 
              Salah satunya adalah putrid penjaga itu sendiri. Sang ayah mengijinkan putrinya mengunjungi St. Valentine tak jarang mereka berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan semangat pendeta itu. Ia mengatakan bahwa yang pendeta tersebut lakukan adalah hal yang benar.
               Di hari ia dipenggal kepalanya, yakni tanggal 14 Februari. St. Valentine mengirim sebuah kartu kepada putrid penjaga penjara yang isinya “Dengan Cinta dari Valentinusmu.”
Berawal dari sinilah, kini setiap 14 Februari orang di berbagai belah dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang untuk memeringati St. Valentine yang berjuang demi cinta.
Nah, dari sejarah-sejarah yang sudah dipaparkan tadi kita bisa menarik simpulan. Pertama, Hari Valentine memiliki latar belakang yang tidak jelas sama sekali, baik dari ceritanya maupun waktu terjadinya (perhatikan tahun terjadinya pun tidak diketahui pasti) dan memiliki banyak versi (ada sekitar 4 versi tentang asal-muasal Valentine’s Day). Kedua, Bangsa Indonesia yang mayoritas beragama islam tidak perlu merayakannya karena tidak ada satupun dari sejarah di atas yang berbau-bau Islam. Jelas, bahwa perayaan itu bukanlah berasal dari Islam.
                  Lalu bagaimana dengan pernyataan “Hari Valentine adalah hari dimana kita bisa menyatakan kasih sayang kepada orang yang kita sayangi. Tidak hanya kepada lawan jenis, tapi bisa kepada teman dan orang tua kok!” apakah hanya pada hari valentine saja? Kasih sayang dalam Islam bersifat universal artinya, tidak terikat waktu dan ruang, ia juga tidak dibatasi oleh objek dan motif. Kasih sayang ditunjukkan dalam bentuk yang nyata seperti silaturrahim, menjenguk dan mendo’akan yang sakit, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, itu termasuk bentuk kasih sayang kan?
Banyak, perayaan-perayaan yang dirayakan oleh orang Islam sendiri yang tidak diketahui asal-usulnya atau sejarah. Padahal, jika kita mau mengetahuinya, banyak diantara sejarah perayaan-perayaan seperti Tahun Baru, Valentine’s Day, April Mop dan Halloween’s Day yang sebenarnya adalah perayaan yang dilakukan oleh kaum penyembah setan. Selain itu, banyak tragedy yang selalu ada setiap tahunnya dibalik perayaan tersebut. Jadi, masih mau merayakan Valentine’s Day?